Batik
Semarang, Salah Satu Batik Jawa Tengah - Tak hanya batik Solo dan Pekalongan saja, ternyata
Provinsi Jawa Tengah masih memiliki daerah yang berpotensi batik seperti
Wonogiri dan Semarang. Kalau batik
Wonogiri awalnya lebih dipengaruhi oleh motif Solo karena memang pada
asalnya berasal dari abdi dalem Keraton Solo yang tinggal di Tirtomoyo
Wonogiri. Adapun batik Semarang memiliki corak khas yang tersendiri.
Batik
adalah warisan budaya Bangsa Indonesia yang adiluhung. Hampir setiap daerah di
Indonesia memiliki seni dan motif batiknya sendiri, tak terkecuali Kota Semarang.
Meski demikian tak banyak orang yang mengetahui keberadaan batik Semarang.
Perlu upaya keras dari banyak pihak agar salah satu batik khas pesisir utara
Jawa ini bisa bangkit kembali, terselamatkan dari kepunahan. Untuk membangkitkan
kembali batik
Semarang, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun
2005-2010 yang dituangkan dalam Perda Nomor 4 tahun 2005 bahwa Pemerintah Kota
Semarang sangat memperhatikan para pengusaha kecil dan menengah (UKM). Kegiatan
pelatihan pengrajin industri kecil batik Semarang merupakan salah satu bukti
perhatian Pemkot Semarang dalam bidang industri kerajinan kecil khususnya
pengrajin batik, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dewan Kerajinan Nasional
(Dekranas) Kota Semarang dan Pemkot Semarang, berupaya menghidupkan kembali
kerajinan dan budaya Batik Semarangan yang kini telah lenyap seiring
perkembangan zaman. menurut Ketua Dekranas Kota Semarang yang juga istri
Walikota Semarang, Ny Shinto Sukawi ST adalah dengan menghidupkan kembali
Kampung Batik yang berada di wilayah Kelurahan Rejomulyo Semarang Timur sebagai
sentra perajin batik. (sosialisasi Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota
Semarang dan Pemkot Semarang, juni 2008).
Perkembangan
batik di Indonesia semakin beragam, seperti batik
Semarang yang sekarang masih menunjukan eksistensinya pada masyarakat
Indonesia. Pada tahun 2006 - 2008 untuk mendukung sosialisasi dan pencitraan, salah
satu sanggar Batik Semarang aktif mengadakan gelar karya secara berkala, aktif
mengikuti pameran batik atau tekstil, serta melakukan studi banding ke beberapa
kota di Indonesia antara lain ke Sengkang dan Wajo di Sulawesi Selatan, dan ke
Padang, Sumatera Barat.
Gelar Karya :
1. Gelar Batik di Pasar Imlek Semawis bertema
"Batik Nusantara" (Januari 2006) yang menyuguhkan kreasi batik hasil
pelatihan.
2. Gelar Batik bertema "Batik Semarang
Tempo Dulu" di Hotel Patra Semarang, Hotel Grand Candi Semarang, dan Hotel
Ciputra Semarang (Mei 2006).
3. Gelar Batik bertema "Flora Fauna
Semarang" di Hotel Patra Semarang (September 2006).
4. Gelar Batik bertema "Ikon-ikon
Semarang" di Hotel Ciputra Semarang dan Hotel Grand Candi bersama semua
perajin batik Semarang yang jadi bagian aktivitas Semarang Pesona Asia (Mei
2007).
5. Fashion Show bertajuk "Smaradhana Batik
Semarang ing Lawang Sewu" (2 mei 2008)yang menghadirkan desainer dari
APPMI Jawa Tengah, APPMI Jakarta, APPMI Jabar,
dan APPMI Bali yang semuanya mengekplorasi kreasi dari Batik Semarang
16. Para desainer itu adalah Anne Avantie, Tejo Nogo Laksono, Rudi Chandra,
Defrico Audy, Taruna Kusumayadi, Lenny Agustin, Jeanny Ang, Oka Diputra, Ali
Kharisma, Ferry Sunarto, Gregorius Vici, Inge Tjoe, dan KesdikTur Wiyono.
Pameran :
1. Berpameran di ajang Pameran Produksi Ekspor
di Kemayoran Jakarta, bekerja sama dengan Disperindag Kota Semarang.
2. Berpameran pada City Expo Pontianak, bekerja
sama dengan Pemkot Semarang.
3. Berpameran INACRAFT di Jakarta Convention
Center (JCC) bekerja sama dengan Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah.
4. Berpameran pada ICRA di Jakarta Convention
Center (JCC) bekerja sama dengan Dinas Perekonomian Jateng.
Menurut Ketua Umum Asosiasi
Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Taruna K Kusmayadi, corak dan
motif yang terdapat pada batik
Semarang cukup unik dan tidak kalah dengan batik-batik yang sudah populer
selama ini. Selain itu, warna yang tersemburat pada batik Semarang juga lebih
monokromatik, sehingga tampil indah setelah diolah. Batik
yang semakin berkembang ini menambah keanekaragaman kerajinan batik dan dapat
dijadikan komoditi ekspor yang berkualitas ke mancanegara. Akan tetapi hal
tersebut menjadi salah satu indikasi yang mengancam keberadaan batik
tradisional, apalagi batik
yang dibuat dengan cara tradisional (dicanting) keberadaannya semakin
melemah dan kalah dengan batik teknik
cap.
Selain dengan adanya pelatihan
kini, guna melestarikan batik
Semarang membuat Batik Semarang Center merupakan langkah jitu untuk membuat
generasi muda Semarang bisa melihat dan mengenali batik.
Bisa jadi, anak-anak kita nanti tidak tahu kalau ternyata Semarang memiliki
warisan budaya berupa batik. Jadi, wajar kalau nanti batik tidak hanya
Pekalongan atau Solo, tapi batik Semarang pun juga bisa mendunia.
Untuk selanjutnya, simak juga
artikel yang berjudul Mengenal
Batik Wonogiren Tirtomoyo.
Sumber: Ayu Kusuma Dewi (Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro)