Perkembangan
Batik Wonogiri - Berdasarkan
catatan sejarah bahwa kerajinan batik berkembang dengan sangat cepat pada tahun
1755, yaitu pada zaman Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Pada saat itu
masing-masing keraton mengembangkan gayanya, sehingga kaya akan motif, corak
maupun pewarnaannya. Berbicara masalah batik
maka tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan motif pada batik. Peranan motif
pada batik khususnya batik klasik akan sangat menentukan visualisasi batik
secara keseluruhan. Motif pada batik dapat menunjukan latar belakang budaya dan
perkembangannya. Beberapa daerah pembatikan di Indonesia mempunyai berbagai
macam jenis batik dengan variasi dan coraknya. Seperti halnya batik kawung yang
menurut penggolongannya termasuk golongan motif geometris yang ciri khas
motifnya mudah disusun, dibagi-bagi menjadi kesatuan motif atau pola yang utuh
dan lengkap. Pada proses batik
umumnya terdapat tiga tahapan yang meliputi :
1. Penggambaran motif di atas kain mori dengan
cara menutup bagian yang tidak dikehendaki warna dengan lilin (malam), dan
dengan alat canting.
2. Pencelupan dengan zat warna dingin sesuai
dengan motif yang diinginkan.
3. Pelorodan, yaitu menghilangkan lilin (malam)
dengan air mendidih, sehingga akan tampak motif dan warna seperti yang
direncanakan.
Berdasarkan tahapan tersebut
sering kali desain tekstil atau batik
diartikan sebagai wujud fisik dari penampilan motif dan warnanya saja.
Kerancuan pengertian yang sudah umum ini mengakibatkan pengertian desain
tekstil atau batik sebagai suatu prosses yang panjang dan rumit menjadi kabur.
Walaupun masih belum mempunyai predikat
atau sebutan sebagai kota budaya, Kabupaten Wonogiri menyimpan potensi budaya yang
menarik berupa Batik
Wonogiren yang berpusat di Kecamatan Tirtomoyo. Tidak mau kalah dengan
kota-kota penghasil batik lainnya di Jawa Tengah seperti Solo, Pekalongan, dan
Rembang, Kabupaten Wonogiri mempunyai ciri khas tersendiri dalam kreasi motif
batik. Melalui Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 431/03/501/1993, batik Wonogiren
dibakukan motifnya berupa empat macam, yaitu corak bledak, dasaran jene (kuning
kecokelatan), sekaran (lukisan bunga), dan babaran (guratan) pecah.
Kini batik Wonogiren tak hanya
berfokus pada empat motif batik saja seperti yang pernah ditetapkan oleh Bupati
Wonogiri pada tahun 1993 silam. Sekarang ini para perajin batik Wonogiren mulai
mengembangkan berbagai motif batik seperti truntum, sidomukti, sidoasih,
sidomulyo, wahyu tumurun, latar putih, bledak, parang rusak, dan parang barong.
Para wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh berupa batik
Wonogiren dari Tirtomoyo pun tersedia di gerai-gerai di rumah perajin. Bahkan
kini oleh-oleh berupa batik Wonogiren juga bisa Anda pesan secara online melalui
website ini. Jadi Anda tidak harus datang langsung ke Wonogiri bila ingin
memiliki batik eksklusif ini. Dimanapun tempat tinggal Anda baik dalam negeri
maupun luar negeri bisa memesan dari rumah dengan cara SMS ke nomor layanan
kami yaitu 0857-2808-255x atau 0823-3717-000x.